Skip to main content

Posts

Syair Perdamaian

oleh: Didi Suheri Kenapa kita harus berperang? Bukankah kita terlahir dari rahim yang sama. Kenapa kita harus berperang ? Bukankah kita ada dari planet yang sama Kenapa kita harus berperang ? Bukankah kita dari species yang sama Kenapa kita harus berperang ? Bukankah warna darah kita sama Kenapa kita harus berperang ? Bukankah kita saudara. Kenapa kita enggan bersatu ? Atau karena   peradaban yang berbeda Kenapa kita enggan bersatu ? Atau karena bahasa yang berbeda Kenapa kita enggan bersatu ? Atau karena agama yang berbeda Kenapa kita enggan bersatu ? Atau karena Ras, dan suku yang berdeda. Haruskah kita tidak mengenal peradaban Haruskah kita tidak mengenal bahasa Haruskah kita tidak mengenal agama Haruskah kita tidak mengenal Ras dan suku Jika semuanya menjadi api permusuhan Bukankah Perdamaian itu indah Tanpa perang dunia akan damai Tanpa keadilan, perdamaian hanya menjadi kata-kata Tak ada alasan untuk kita t

JIHAD BERDARAH DI TANAH BATAVIA

Oleh: Didi Suheri Kamis 14 Januari 2016 terjadi sebuah peristiwa pengeboman di   di Jl. M Tamrin Jakarta, yang menewaskan beberapa orang dan puluhan luka-luka. Dalam kejadian ini disadari atau tidak semua mata dunia akan tertuju kepada “Islam”. kelompok- kelompok radikalisme ini mengklaim dirinya sebagai muslim, bahkan dari segi penampilannya pun sangat agamis. Surga adalah tempat yang menjadi cita- cita semua orang termasuk kelompok radikalisme ini. Unuk mendapatkan surga Tuhan, mereka melakukan Jihad dengan memerangi manusia lainnya dengan membom tempat tempat yang dianggap sebagai sarang dari maksiat, dan meklakukan tembakan- tembakan secara membabi buta di tempat umum, lantas dimana sifat Rahman dan Rahim nya Tuhan kalau mereka melakukan tindakan- tindakan ektrimis atas nama Tuhan. Apakah Tuhan membutuhkan pembelaan dari manusia? Tuhan adalah pencipta Alam dan segala isinya, berarti ini membuktikan bahawa Tuhan adalah Maha Perkasa. Lantas kenapa golongan radikalisme itu sok membel

Karawangku Masa Depanku

Karya: Didi Suheri     Karawang. . . Ditanahnya aku pijakan kaki Air sungainya aku minum untuk melepaskan dahaga Udaranya aku hirup agar aku hidup Dilahan pertaniannya aku   mendapatkan nasi Nasi sebagai obat kelaparan akibat bekerja Memang ramah bukan, alam karawangku itu. . . Karawang. . . Kini kau tak seperti yang aku kenal dulu Menginjakan kaki saja, kini aku harus bayar mahal Air minum saja kini harus beli Karena sungai sudah terbeli kemurniannya Kini aku terpaksa menghirup udara yang telah tercampuri racun hasil produksi Kemarin aku makan nasi, apakah esok aku harus makan besi ? Karawang. . . Kini usiamu sudah tak muda lagi Kini kau tua renta akibat memikul dosa Bangunlah kotaku, bangun ! Jangan kau marah pada rakyat tak berdosa Kau marahi saja dia yang mengeksploitasi tubuhmu Dia yang membohongi rakyat jelata Dia yang memakan uang rakyat Dia yang telah mengiris- iris persatuan dan kesatuan Dia yang telah mendzalimi alam