Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Artikel

Urgensi Pendidikan Keluarga dalam Upaya Deradikalisasi pada Anak

Oleh: Umar Mukhtar Dewasa ini Indonesia disebut-sebut sedang diguncang berbagai isu kebangsaan yang mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sumber permasalahannya adalah munculnya sikap intoleransi dan merebaknya paham radikal dikalangan masyarakat. Permasalahan tersebut semakin cepat menyebar dengan memanfaatkan banyak media dan mengingat mudahnya akses informasi yang didapat oleh semua kalangan. Yang paling mengkhawatirkan adalah ketika isu-isu tersebut diterima dan disalah pahami oleh anak-anak yang merupakan tombak penerus bangsa. Sulit dibayangkan jika kemudian anak-anak yang menjadi harapan kita mengalami distorsi pemikiran terhadap hal-hal yang keliru. Mau dibawa kemana bangsa ini kedepan? Nyatanya, sudah ada beberapa kasus terkait isu radikalisme yang melibatkan anak dibawah umur. Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlu dilakukan upaya preventif demi menyelamatkan anak-anak dari upaya radikalisasi. Dengan menyelamatkan genera

Keadilan Sosial sebagai Manifestasi Keberagaman Gender

Oleh: Umar Mukhtar Permasalahan gender adalah isu yang sejak lama mengiringi kehidupan masyarakat, sebagian kalangan menganggap isu gender merupakan sesuatu yang tabu dan sensitif untuk diperbincangkan. Hal tersebut terjadi karena pemahaman yang tidak sejalan pada kalangan masyarakat dalam memahami gender. Maka setidaknya ada tiga permasalahan pokok terkait gender yang penulis utarakan. Pertama, definisi secara komprehensif menunjukkan bahwa gender berbeda dengan seksualitas (jenis kelamin). Konsep seksualitas mengarah pada kodrat manusia berdasarkan aspek biologis, dimana laki-laki dan perempuan memiliki ciri dan identitas pribadi mereka yang kemudian menjadi pembeda dalam hal jenis kelamin diantara keduanya dan itu tidak dapat ditukar (kodrat). Sementara konsep gender lebih mengarah pada sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan dan dikonstruksi oleh sosial kultural. Dalam tatanan sosio kultur masyarakat saat ini, yang terkonstruk adalah bahwa laki-laki merupakan soso

Kongres dan Politik Tiket

Oleh:  Didi Suheri PC PMII Karawang Geliat gerakan politik praktis mulai terasa di forum tertinggi PMII yang di sebut dengan Kongres, kongres sering diplesetkan artinya menjadi "kongko teu beres-beres" dalam bahasa sunda. Mungkin pelesetan itu ada benarnya, terbukti beberapa kongres kebelakang, selalu saja molor dengan jadwal yang ditentukan, hampir berminggu-minggu kita di paksa beradu strategi, beradu otot, menahan tekanan dari senior yang maha dahsyat, yang membuat kita geleng-geleng kepala sambil menahan mual karena dijejali iming-iming, inilah, itulah sedangkan Haji iming saja masih konsisten dengan produk peci hitamnya, konsistensi itulah nama haji iming meroket, walau dirinya sendiri mungkin saja tidak tahu namanya meroket, ah jangan terlalu dianggap serius, itu hanya celoteh saja biar otot-otot kita tidak tegang menghadapi kongres. Kongres Palu kali ini agak berbeda dibandingkan dengan kongres sebelumnya, tumben forum formal yang biasanya menggunakan kurs

MUSLIM MARAH

Oleh : Reza Fauzi Nazar Penulis adalah alumni Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung Pada suatu hari di abad ke-7 M, di sebuah pasar di kota Madinah, ada dua orang yang berselisih dan bertengkar. Satu orang adalah seorang Muslim dan yang lainnya seorang Yahudi. Yang pertama mengunggulkan Muhammad Saw ”atas sekalian alam”. Yang kedua mengunggulkan Musa. Berdebatlah mereka dengan tetap bersikukuh satu sama lain. Tak sabar, orang Muslim itu—pun menampar wajah Si Yahudi. Sontak dari kejadian penamparannya, orang Yahudi itu datang mengadu kepada Nabi Muhammad yang memimpin kehidupan kota Madinah saat itu. Ia ceritakan apa yang terjadi. Maka Rasulullah pun dengan sigap memanggil Si Muslim dan berkata: ”Janganlah kau unggulkan aku atas Musa. Sebab di hari kiamat semua umat jatuh pingsan, dan aku pun jatuh pingsan bersama mereka. Dan aku—lah yang pertama bangkit dan sadar, tiba-tiba aku lihat Musa sudah berdiri di sisi Singgasana (Arsy). Aku tidak tahu, apakah ia tadinya juga jat

PENDIDIKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SIAPA?

Oleh: Umar Mukhtar Indonesia, merupakan negara yang istimewa. Dikatakan istimewa karena di bumi Nusantara ini kekayaan alam melimpah ruah, di darat maupun di lautan. Bukan hanya itu, Indonesia juga merupakan bangsa yang kaya akan nilai-nilai karakter budayanya. Dari jumlah penduduk sebanyak 258 juta jiwa, tidak kurang 700 suku bangsa lahir di bumi pertiwi ini dengan adat istiadatnya masing-masing, ragam bahasa daerah yang begitu banyak, rumah adat, pakaian adat, makanan daerah, hingga seni yang multi-cultural senantiasa mewarnai kehidupan bermasyarakat. Hal terpenting yang membuat negara kita istimewa adalah persatuan diatas segala perbedaan. Ini tak lepas dari filosofi bangsa yang dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu, membangun rumah besar dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ibarat rumah pada umumnya yang didalamnya tinggal satu keluarga, untuk membuat keluarga tersebut kokoh dan tetap bersatu maka perlu harmonisasi dalam membangun keutuhan, k

Organisasi Akal-akalan

Karya : Didi Suheri Saat rezim soeharto yang otoriter runtuh, Indonesia memasuki babak baru dalam sejarah, yaitu terjadinya reformasi yang membolehkan setiap orang mengeluarkan pendapat, bebas berkretivitas asal tidak ada hak orang lain yang diperkosa. Sangat berbeda ketika Indonesia ini dipimpin oleh Soeharto, setiap orang dilarang mengeluarkan pendapat apalagi berupa kritikan terhadap pemerintah, orang- orang intelektual seolah dipenjara pikirannya, dibelenggu kreativitasnya, dan diberenges haknya.  Organisasi masa (ORMAS) tidak begitu banyak pada masa itu, walaupun pada era soeharto ORMAS sedikit tetapi mempunyai karakter, landasan yang jelas, jelas tujuan dan fungsinya yaitu untuk menampung aspirasi masyarakat. Tetapi setelah sistem Demokrasi ini mulai tegak ditanah surga ini, bermunculan organisasi- organisasi masyarakat, mahasiswa ataupun para pemuda. Alhasil dari sistem demokrasi ini melahirkan banyak ORMAS- ORMAS yang berdiri mengatasnamakan atau membawa

Jihad Berdarah di Tanah Batavia

Sumber: wartakota.tribunnews.com Oleh: Didi Suheri Kamis 14 Januari 2016 terjadi sebuah peristiwa pengeboman di  di Jl. M Tamrin Jakarta, yang menewaskan beberapa orang dan puluhan luka-luka. Dalam kejadian ini disadari atau tidak semua mata dunia akan tertuju kepada “Islam”. kelompok- kelompok radikalisme ini mengklaim dirinya sebagai muslim, bahkan dari segi penampilannya pun sangat agamis. Surga adalah tempat yang menjadi cita- cita semua orang termasuk kelompok radikalisme ini. Unuk mendapatkan surga Tuhan, mereka melakukan Jihad dengan memerangi manusia lainnya dengan membom tempat tempat yang dianggap sebagai sarang dari maksiat, dan meklakukan tembakan- tembakan secara membabi buta di tempat umum, lantas dimana sifat Rahman dan Rahim nya Tuhan kalau mereka melakukan tindakan- tindakan ektrimis atas nama Tuhan. Apakah Tuhan membutuhkan pembelaan dari manusia? Tuhan adalah pencipta Alam dan segala isinya, berarti ini membuktikan bahawa Tuhan adalah Maha Perkasa. Lantas

Kembalikan Misi Islam sebagai Pembebas

                                                      Karya : Didi Suheri Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alamnya, kaya akan budaya, kaya akan bahasa, bermacam-macam suku, ras dan agama. Mayoritas rakyat Indonesia adalah muslim, walau begitu Indonesia bukanlah negara islam, Indonesia berideologi Pancasila. Para pendiri negara meyakini bahwa perjuangan melawan penjajahan di tanah ini tidak serta merta dilakukan oleh orang muslim semua namun dari agama lain juga ada yang ikut memperjuangkan kemerdekaan. Perbedaan merupakan rahmat bukan sesuatu yang harus dilenyapkan. Dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat 2 “setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.” Dalam bunyi pasal tersebut jelas sekali bahwa Indonesia memberikan kebebasan kepada rakyat untuk memeluk agama sesuai dengan kepercayaannya. Indonesia indah karena keberagamannya. Dibalik keindahan itu gesekan- gesekan antar umat beragam

Hakikat Cinta dan Ketertindasan Perempuan

Karya: Didi Suheri Tuhan menciptakan dua bola mata kepada kita agar kita senantiasa memandang sesuatu hal tidak parsial. Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut agar kita banyak mendengar dari pada berbicara. Hidup adalah anugerah dari Tuhan yang tak ada gantinya, tak semua yang hidup mendapat penghidupan yang baik, ada yang kaya ada pula yang miskin, ada yang sehat ada yang sakit, ada yang bersyukur ada pula yang kufur. Tak semua yang hidup mengerti tentang hakikat hidup itu sendiri. Ada yang hidup tetap hidup,   ada yang hidup tetapi mati, ada yang mati tetapi hidup dan ada yang mati tetap mati. Manakah dari pilihan itu yang akan kita pilih ? Setiap manusia pasti menginginkan yang terbaik untuk hidupnya, begitupun hidup ingin diperlakukan dengan hidup. Banyak orang yang memperlakukan hidup secara tidak hidup, menyianyiakannya adalah hal yang paling bodoh, karena kita hiidup bukan untuk hari ini tetapi untuk hidup yang sejati dan untuk hidup yang tak pernah mati.