Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Puisi

Lembagaku Vs Pergerakanku

Oleh : Yoga Galuh Pratama Sistem tidak berkepihakan PMII jadi tonggak pergerakan Turut andil dalam sebuah gebrakan di setiap momen penindasan Kala Dosen tidak mau di kritik Tapi mereka selalu mengintrik Mengatur sistem begitu licik Dengan cara yang selalu picik Doktrinasi mulai bertebaran Intervensi jadi bahan acuan Mahasiswa baru jadi korban PMII jadi bahan fitnahan Kami memanglah kurang ajar Lembaga yang salah wajib kami hajar Walaupun derajat kami tidak sejajar Tapi kami orang orang terpelajar PMII memberi kritikan Karena pmii cinta kebijaksanaan Berpegang teguh terhadap kebenaran

Suara

Suara indah nan menenangkan Mampu mengusir semua beban Syarafku yang mati kini terbangunkan Memang kau tak akan tergantikan Suaramu menjadi pembasuh luka Menyejukan semua duka nestapa Suaramu bagai pijar surya Berikan kehangatan pada jiwa Entah sampai kapan aku bisa mendengarnya Jangan, jangan pergi hey pemilik suara Tetap disini aku akan mendengarkannya Biarkan jiwaku menari berdendang dengan nada tanpa irama Asalamualakum.... Aku ketuk hati mu Ijinkan aku merangkai kata dalam hatimu You are is my everything. . . . 26/9/17 -Didi Suheri-

Rumah Para Pembaharu

MAPABA PMII Komisariat STIKES KHARISMA Karawang Oleh : Didi Suheri Selamat datang dirumah baru Rumahnya Para Pembaharu Dimana semua impian menyatu Tanpa pandang bulu Goreskan tinta emasmu itu Dalam rumah tanpa batu Terjang semua hati yang sendu Mengabdilah tanpa ragu Bersiaplah hadapi para penggangu Singsingkan lengan baju Busungkan dada mu Katakan PMII itu adalah Aku Dengan penuh keyakinan tanpa rasa malu. Potong semua rantai belenggu Agar Tuhan tersipu malu Para Ulama NU terharu Si Tikus berdasi menangis tersedu-sedu. 17/9/17

Darurat Demokrasi

Oleh: Didi Suheri Demokrasi bukan sembarang kata Demokrasi satu kata ribuan makna Dari Filsafat hingga agama Dibedah dengan berbagai analisa Indonesia darurat demokrasi Rakyat dibuat phobia kiri Pembakaran buku hingga pembubaran diskusi Isu PKI bangkit kembali santer sekali Tragedi G30S/PKI masih dilematis Tragedi kemanusiaan yang kronis Sejarah di manipulasi dengan sistematis. Pembantaiannya pun begitu dramatis Bukan soal pro siapa Ini tentang manusia dan kemanusiaan Berfikirlah layaknya manusia Maka tegaklah bendera keadilan Jangan kembali kau sayat luka Dengan isu PKI bangkit lagi Demi ambisi merebut tahta Ini akan membuat sedih Ibu Pertiwi. Kami (Pemuda) tak ingin dibatasi Dari dunia diskusi ataupun literasi Izinkan kami menghirup kemerdekaan ini Percayalah, kami mahir dalam mencintai Dan Merawat kemanusiaan di negeri  ini. 19/9/17

Kumbang Yang Merelakan

Oleh: die Kenapa hati ini tak mau merelakanmu Jatuh kepangkuan sang kumbang. Karena kumbng sejati bukanlah kumbang yang datang saat bunga merekah.... Kumbang sejati adalah yang mau menunggu hingga bunga merekah. Yang lebih sejati, adalah merelakannya.. Karena tak ada pengorbanan yang sia-sia. Yang sia-sia itu adalah yang tidak pernah berkorban untuk yang dicintainya. Karena Kebahagiaan di capai bukan di berikan tapi diciptakan. (8/9/17)

Jeritan Di Tanah Emas (Rohingnya)

Situasi Rohingnya Oleh : Nazwa Saputra Terik Matahari Menyengat Perih Gelap Malam Menjadi Selimut Penderitaan. Debu – Debu Menempel Risih Tanah Yang Menjadi Tempat Berpijak   Kini Berselimut Darah. Anak – Anak Yang Tak Berdosa. Menatap Mata – Mata Penuh Luka. Terbelenggu Dalam Cengkraman Ketakutan. Jeritan Tangisan – Tangisan Kepedihan. Serpihan – Serpihan Ari Mata Jatuh, Jauh Menetes Menjadi Saksi. Kekejaman Yang Menyebut Dirinya Orang Suci. Negeri Di Tanah Emas Kini Berdarah Negeri Seribu Pagoda Kini Membabi Buta Saudara Kita. Hey Kalian Militer Myanmar !!! Entah Apa Yang Ada Di Kepala Dan Hatimu. Sampai Kapan Pedangmu Menghunus Dada Saudara Ku. Dengan Mudahnya Tubuh   Saudaraku Kau Tembus Dengan Peluru – Peluru. Engkau Menarik Picu Senjata. Walau Saudara Ku Sedang Menghadap Rabbnya. Wahai Negara Di Penjuru Dunia Apakah Kau Dengar Jeritan Tangisnya. Apakah Kau Lihat Nanar Di Matanya. Bersatu Dan Hentikan!! Hentikan Per

Kesetiaan Seorang Kekasih

Oleh : Die Bisikanlah angin pada gadis Yang duduk bersama bayang mentari Rambutnya terurai panjang menyapu kegelisahan. Bahwa aku telah meminjam dua pasang sayap malaikat, untuk kita...... Untuk terbang mengudara layaknya sepasang merpati yg sedang jatuh cinta. Kita tidak akan terpisah selama bumi ada dalam orbit nya Selama bulan masih setia pada bumi, dan matahari setia pada sinarnya Itu lah perumpamaan aku dan kamu, yaaa kamu seorang .....

Semesta Sedang Jatuh Cinta

Oleh: Die Malam akan tetap seperti ini Menampakan kegelapan Menyanyikan kesunyian Menenggelamkan Mentari Menghadirkan rembulan Berhamburannya bintang di angkasa Membuktikan bahwa bintang selalu mencintai malam Malam memberikan kehidupan pada Bintang gemintang Melalui gelapnya malam, bintang tampil anggun dengan cahayanya Malam dan bintang saling melengkapi Menjadikan cinta mereka sempurna Lantas bagaimana dengan rembulan ? Malam tetap memberikan gelapnya pada rembulan Menjadikan Rembulan tampil indah dengan sinarnya. Lantas akann kemanakah sang malam melabuhkan hatinya ?

Cahaya Hakikat

Oleh: Die Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat per­umpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu. (QS. An Nuur : 35) Dari Nur Ku Aku ciptakan Nur Muhammad Dari Nur Muhammad Kalian Tata Dunia seperti Syurga Dari Nur Muhammad Kalian ciptakan tekhnologi canggih yang mampu melipat jarak Hingga tak usah lagi kalian berjalan kaki berhari-hari Dari Nur Muhammad kalian ciptakan alat ko

Suara dari Bawah Tanah

Sumber foto:  pegipegi Oleh : Didi Suheri Sampai kapan keindahan ini bertahan Industrialisasi dan bisnis properti menjamur Sungai-sungai kini tercampuri limbah beracun Rakyat di pinggiran terjerat uang rente Pemuda pribumi susah mencari kerja Magnet industrialisasi terus menggelora Masyarakat urban menjamur dan so berkuasa Para Ibu di desa memilih jadi TKW Di negeri orang mereka di perkosa, dianiyaya bahkan dipancung Sementara para suami menikah lagi dengan janda muda Sang anak terlantar dipaksa bertahan hidup Ditengah deras arus kehidupan Video senonoh dengan mudah beredar Para siswa sekolah menengah menjadi buas Tawuran bahkan membunuh Gadis belum ber KTP dicabuli oleh belasan siswa Kesuciannya telah dirampas Nyawanya pun di tumpas sampai tak bernafas Pejabat pemerintah sibuk politik pencitraan Para penjilat sibuk mengelus-elus pantat pejabat Berharap dapat proyek pemerintah Pejabat pemerintah kerap bercumbu dengan kontraktor Kontraktor dapat proyek Peja

Media Tirani

Oleh : Didi Suheri Era saat ini dimana manusia telah terbuai oleh akumulasi kapital Halal haram tak lagi jadi pertimbangan semua sama, disikat miring oleh nafsu serakah Media sebagai pilar demokrasi tak lagi memiliki kelamin jika kau bertanya apa kelamin media itu ? jawabannya Idealisme. . Idealisme. . . Idealisme ! Media pada jaman kolonialisme sampai orde baru Menjadi alat propaganda untuk memperjuangkan rakyat jelata Kini, wajah Idelaisme Media tertutup lumpur kotor hitam legam berbau anus para kapiatalis Globalisasi mendorong ini harus terjadi Uang, uang dan uang empat huruf yang sakral Itu bagi mereka yang rakus akan kesenangan duniawi Uang seolah telah menajadi Tuhan ke dua lihat saja, media yang harusnya menajdi alat perjuangan kini berpindah menjadi bisnis. Penderitaan rakyat, kebejatan Penguasa mampu tertutupi oleh politik pencitraan Inilah akibat Media berselingkuh dengan Penguasa Yang salah menjadi benar, yang benar disalahkan yang hitam menjad

Bumi Langit

Oleh : Didi Suheri Kau seperti angin dikala kegerahan terjadi. Kau seperti api dikala dingin menghantam Kau seperti air dikala dahaga menghampiri Kau adalah langit dan aku aku adalah bumi Yang dibatasi oleh angkasa Bumi dan langit tak pernah menyalahkan keadaan Dari jarak yang membentang itu mereka belajar Belajar untuk menerima takdir. Namun keduanya tetap saling melengkapi Kau adalah matahari Menerangi relung hati dari kegelapan Tetaplah menjadi langit Tanpa langit bumi tak akan pernah ada.

Tak Berarti

Oleh : Didi Suheri Saat hadirku menjadi ancaman Saat hadirku menjadi penghalang Saat hadirku membuatmu terganggu Disitulah aku tahu Bahwa aku hanya butiran pasir dihamparan gurun Jika kau menganggap aku hanyalah angin lalu Disitulah semuanya akan berlalu tanpa sepatah kata pun yang terucap Tak ada lagi alasan yang bisa terucap Karena semua telah membisu Dinding, kursi, dan semua cerita  Bungkam oleh kenyataan Akan kembali aku kayuh sampan ini yang sempat terhenti di tepi dermaga karena tepi dermaga itu tak ramah lagi

Nyanyian Rerumputan

Oleh : Didi Suheri Rerumputan Hijau bergoyang Nyanyikan Zikir Ilahi Bergemuruh dalam ketulian manusia Mensyukuri Hidup apa adanya Tak Ada satupun makhluk di Alam ini Yang tak Berzikir menyebut Nama-Nya Kecuali Iblis Dan manusia yang lalai Hiduplah Seperti rumput Meskipun terus di injak Ia terus bangkit berdiri Dan tak pernah Marah Ia terus saja Berzikir menyebut nama-Nya Sekalipun ia berbakti kepada-Nya Bukan berarti bebas dari ujian Tumbuh menjadi Hijau Subur Dan Indah Mendatangkan banyak predator Yang Kapan saja siap memangsa. Karawang, 30 November 2016

Opera Kekuasaan

Oleh: Didi Suheri Bertarung Demi Sebuah Harga diri Ego golongan semakin dikedepankan Melupakan Nilai persahabatan Bangku hantam untuk menjadi yang terbaik Kekuasaan yang Harusnya suci Berubah menjadi permusuhan Api kebencian terus di pupuk Melupakan kemanusiaan Kemanusiaan yang Harusnya Di pupuk dalam kekuasaan Terlantar Seperti anak tiri yang kesakitan Bulsitkah membicarakan kemanusiaan Dalam petarungan yang memabukan Keserakahan adalah dalangnya Kebodohan adalah penyebabnya Kemunafikan adalah buah dari hasil Pendidikan yang di berikan. Terus peralat kebenaran Hingga kebenaran tak lagi menjadi Sebuah kebenaran Terus propaganda kebohongan Hingga kebohongan tak lagi menjadi Sebuah kebohongan. 25 Desember 2016

Rindu

Oleh : Didi Suheri Ketika Buih Ombak Merindukan Pantai Ketika Rembulan Merindukan Malam Tak Satu pun dari Mereka yang Mengingkari Itulah Rindu Seorang Kekasih Dermaga Kesepian di dalam Tenangnya Air Menanti Sampan Rindu Menjenguknya Wahai Angin, Bawalah Sampan Rindu Itu Mendekat Aku Menantinya di Sebrang Dermaga 9 September 2016

Jalanan Adalah Kampus Kita

Oleh : Didi Suheri Aku rindukan rumahku yang dulu Dari Rumah Itu Aku Banyak Belajar Bunderan Jalan Menjadi Teman Bermain Kita Selongsong Putih di Bahu Menjadi Senjata Coretan di Lembaran Kertas Adalah Tempat Ide Berkumpul Spanduk dengan Coretan Pilok Sebagai Tameng Kita Puisi dan Teatrikal Sebagai Bentuk dari Perlawanan Lagu Perjuangan Sebagai Pembakar Jiwa yang Beku Jalanan adalah Kampus Kita Rakyat Tertindas Adalah Dosen Kita Pendidikan Perlawanan adalah Mata Kuliah Kita Petani, Nelayan, Buruh, Kaum Miskin Kota, aalah Sahabat Kita Cinta adalah Agama Kita Keadilan adalah Tujuan Kita Siapakah Kita ? Kita Bukan Pejabat, Negarawan, Pahlawan Pembisnis, Akademisi, atau yang Lainnya Kita Hanyalah Se'onggok Daging yang Terlahir dari Penderitaan Rakyat 1 Oktober 2016

Pendidikan Perlawanan

Foto: SENJA MERAH/DIDI SUHERI oleh : Didi Suheri Gelombang Neolib Menerjang Bagaikan Badai Menggulung Daratan Nalar Kritis Mahasiswa Tertampar Oleh Hegemoni Penguasa Kata Revolusi Kini Menggantung di Langit Sebab Mahasiswa Enggan Bergerak Ketika Pendidikan Yang Memaksa Mahasiswa Bungkam Maka Pendidikan Seperti Apa Untuk Melawannya Ketika Pendidikan Menjadi Alat Untuk Menindas Yang Lain Maka Pendidikan Seperti Apa untuk Melawannya Kalau Bukan Pendidikan Perlawanan ! Parlemen Jalanan Mulai Mengabur Mahasiswanya Terus di Jejali Tugas Kuliah Melupakan Tentang Pengabdian Kepada Rakyat Kalau Saja Pendidikan Membuat Nurani Tumpul Lebih Baik Bubarkan atau Tidak Kuliah Sama Sekali

Nyayian Bisu

Oleh: Didi Suheri Tertatih merintih jerit kami dalam kesengsaraan Bangsat laknat kau cumbui kami dengan racun Setan Iblis terkelabuhi oleh tipu muslihatmu Menari- nari diatas pusar para pelacur Bergoyang memejamkan mata menikmati darah rakyat jelata Kau tenggak penderitaan rakyat jelata bagaikan arak Tertawa terbahak kehilangan akal naluri. Kota kami mati terkena virus kerakusan para penguasa Meninggalkan sampah-sampah berbau dolar Seekor anjing pun enggan menciumnya Kecuali anjing –anjing berdasi. Sakit jiwa korupsi menggila Tak ada rasa dosa bagi para pendosa Cengengesan bagai kuda terpanggang matahari Pengangguran bagai daki selimuti megahnya pembangunan Petani terjerat oleh rantai belenggu kekuasaan Menjerit memecahkan labirin kehidupan. Inilah nyanyian bisu.