Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2014

Puisi untukmu

(oleh: Didi Suheri) Berawal dari angin aku mengenalmu Angin yang mempertemukan Angin yang menghanyutkan kalbu Nada cinta mengelun begitu lembut selembut hatimu Kenyataan yang merenggut membuat sakit hatiku Tuhan benarkah ini semua Kau uji dia begitu berat Aku ragu Aku bimbang hatiku berkabut

Wanita Tak Bergincu

(Oleh: Didi Suheri) Menatapmu aku rindu Mengenalmu aku bangga Cantik wajahmu bukan imitasi Rona bibirmu tak bergincu Aku terpanah asmara cinta Jiwaku terpaut kasihmu Kasihmu membuat aku damai Biarlah damai ini bersemayam dalam kalbu Sungguh mataku tak kuasa lagi meliahat kecantikan parasmu Kau bagaikan bidadari yang bersayap Biarkanlah aku menjadi sayap- sayapmu Agar aku bisa slalu menemanimu Dalam bahagia maupun duka. . .

Tangan tangan Tuhan

Suara para binatang bernyanyi, terdengar sayup- sayup. Entah nyanyian apa yang mereka nyanyikan keindahan alam yang mempesona membuat aku kagum, sungguh luar biasa ciptaanmu Tuhan. Aku lihat sejauh mata memandang, hanyalah hijau yang memberikan kesejukan disetiap pandangan, batu- batu besar mengakar ditanah menandakan kokohnya ciptaanmu, air- air kehidupan keluar dari perut bumi, mengalir dan mengalir seperti halnya darahku ini yang akan selalu mengalir sebelum jarum kehidupan berhenti, udara yang menyegarkan tanpa terkontaminasi oleh asap sisa- sisa produksi pabrik milik orang yang tak cinta dengan tanahku. Langkah demi langkah aku pijakan kakiku dalam alam, bertemankan gelap dan sepi sunyi tanpa berisik suara kendaraan, jurang- jurang kematian telah mengintaiku, lengah sedikit jatuhlah tubuh yang bernyawa ini, walaupun bahaya mengintai aku tak gentar untuk kudaki gunung ciptaanMu, keindahan puncak gunung Sanggabuana telah menanti, tergambar keindahan yang tiada duanya, tentunya manus

Pak SBY, Aku Belum Makan !

Oleh: Didi Suheri   Sekian lama aku menanti Sekian lama juga aku menderita Menahan rasa sakit ini Rasa sakit menahan lapar             Tubuhku kurus kering tak terurus             Menantikan sesuap nasi             Aku tak sekolah pak             Biaya kebutuhan dan pendidikan melambung Mereka hanya bisa melihat aku Dibalik kaca jendela mobil mewahnya Badanku semakin menggigil menahan sakit Pak SBY, aku belum makan             Masa kecilku harus prematur             Dipaksa pecahkan batu keras             Ditengah panasnya negeri ini             Akupun terjatuh . . . .