Skip to main content

Perjalanan ke Tanah Loji

ilustrasi istimewa

Oleh : Didi Suheri

15 November 2014, kota Karawang diguyur hujan. Namaku Didi Suheri, dan aku bersama teman- temanku menjelajah tanah loji, mereka bernama Umar, Reza, Idoy, dan satu orang perempuan hebat ia biasa dipanggil Dedew.
Gemercik hujan, gelegar petir tak menyurutkan perjalanan ini untuk mendapatkan estetika alam yang dimiliki Karawang. Selepas Isya kami mulai melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti di tempat singgah, pasukan bertambah dua orang dan mereka  merupakan warga pribumi tanah loji, dan pasukan menjadi tujuh orang. Jalanan yang berlumpur membuat sesak nafas ini, motor yang dikendari bisa saja tergelincir, namun berkat kekuatan kasih sayang, solidaritas, mampu mengantarkan kami keatas kaki gunung Go’ong Loji Karawang.
Pukul 20.45’ Wib kami mulai memasangkan Dum atau tenda-tenda mungil, alunan music instrument karya Beethoven menemani kami menghabiskan malam ditengah sunyinya suasana dikaki gunung Go’ong. Gemerlap lampu-lampu pemukiman warga memberikan pemandangan malam yang menakjubkan serasa seperti ada di Bukit Bintang Yogyakarta. Pada pukul 00.30 Wib kami mulai terlelap tidur, air hujan mulai masuk kedalam tenda kami, walau dengan keadaan pakaian yang kuyup basah terkena hujan kami tetap bertahan dan tidur pulas ditemani suara jangkrik dan tonggeret. Cahaya terang menembus dinding tenda, ibni menandakan hari sudah pagi, aku pun bangun, aku tak ingin melewatkan keindahan alam yang diselimuti kabut- kabut harapan. Alam ini memberikan inspirasi untuk aku menulis perjalanan ini, kebersamaan yang tak akan pernah tergantikan oleh apapun.
16 November 2014, pukul 07.15 Wib kami mulai bergegas untuk mengunjungi  Green Canyonnya Karawang. Sebelum ketempat tersebut kami akan terlebih dahulu mengunjungi monument  Gempol Ngadeupa, disini terdapat suatu patung yang tegak berdiri memegang erat sang merah putih yang terikat di bambu runcing. 48 prajurit Batalyon Darsono ( Engkong) gugur akibat serangan udara dan darat pasukan belanda pada tahun 1948, dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebagai kaum muda dan generasi penerus bangsa, menghargai sejarah merupakan sebuah keharusan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Perjuangan kita belum berakhir !
Tempat ini terasa hangat, semangat juangnya mampu membakar rasa dingin tubuh ini, kami bertujuh beristirahat sejenak untuk melepas dahaga yang mengeringkan kerongkongan, setelah itu kami kembali lagi ke tenda, jalan-jalan dihiasi daun-daun kering yang telah berguguran, tapi semangatku tak akan pernah kering seperti daun-daun itu. Orang-orang pegunungan sangat ramah, keramahannya membuat kami damai dan nyaman, sesampainya di tenda kami berbenah untuk melanjutkan perjalanan ke curug Ciomas yang dsitu terdapat Green Canyonnya Karawang.

Curug Ciomas

Setelah packing selesai, kami siap meluncur dengan tiga kendaraan sepeda motor, di tengah perjalan yang licin dan berbatu, kami menyempatkan waktu untuk mengunjungi batu haji, disitu banyak batu- batu besar yang indah yang dapat membuat mata ini tak berkedip, sungguh luar biasa ciptaan Mu Tuhan. Manusia tak akan bisa menciptakan keindahan yang alami, manusia hanya bisa merusak atas kehendak  butanya, jiwa yang tak dapat mengendalikan  nafsu akan terpedaya oleh keserakahan.
Setelah selesai menikmati keindahan batu haji kami bergegas menuju Curug Ciomas, ditengah perjalanan motor kesayanganku yang biasa di sebut Si Putih, kelahiran 1980, mogok ! bensinnya habis. aku, Idoy dan Irpan mendorong motorku itu dengan penuh tawa sampai ke pengecer bensin, bensin sudah di isi, aku dan idoy naik di motor tua ku, lansung gaaasss !!!!
Lagi- lagi Si Putih ngadat,  pengapiannya tak normal akhirnya di dorong ( di step ) oleh motor yang dikendarai Reza dan Dedew. Dengan solodaritas yang kuat akhirnya kami dapat sampai ke tujuan, tujuan merupakan buah dari proses yang kita jalani. Kami pun dapat menikmati eksotisnya alam ini, tanpa basa- basi aku pun langsung mencemplungkan tubuh ini kedalam keindahan alam Curug Ciomas, akibat dari kelalaianku, hamper saja jasad ini tenggelam dan hanyut oleh pusaran air, aku sudah tak lagi bisa bernafas badanku lemas dan gemetar, aku langsung diselamatkan oleh Umar dan Irpan, mereka menariku dan membawaku ke air yang dangkal. Aku masih bisa selamat dari maut yang sudah mengintaiku, Tuhan belum menakdirkanku untuk meninggalkan dunia ini tanpa karya, aku berterimakasih kepadaMu Tuhan berkat tanganMu aku dapat hidup lebih lama lagi.

Tebing Cipaga

Selesai kami mengunjungi curug Ciomas kami langsung melanjutkan kembali perjalanan menuju bukit Cipaga, di bukit ini ada tebing tinggi sangat cocok untuk melakukan climbing. Tali prusik sudah dipasang oleh irpan, adin dan jajang, mereka sangat ahli melakukan climbing tanpa tali pengan, maklum ketiga orang ini merupakan pribumi. Climbing ini pertama dimulai oleh Idoy, namun karena ia trauma ketinggian, ia tidak sampai ke puncak, kaki nya gemetar, akhirnya dia turun lagi, kedua giliran dedew, seorang perempuan tangguh dan pemberani, ia berhasil menaklukan Tebing Cipaga, ketiga umar dia adalah ketua BEM FAI UNSIKA, ia pun berhasil menaklukan Tebing Cipaga. Yang ke empat adalah giliranku, rasa takut yang bersemayam dalam diriku habis terbakar oleh keteguhan hati, jangan sampai aku gagal menaklukan tebing cipaga, “ aku tak mau kalah oleh perempuan, aku harus bisa, aku harus berhasil”. Ucapku dalam hati
Berkat keteguhan hati dan rasa percaya diri aku pun bisa menaklukan tebing cipaga dengan rasa bangga, walau di tengah memanjat akun sempat gemetar karena  tali prusik nya harus di lepas, sedangkan puncak cipaga masih sekitar 8 meter lagi, aku berusaha semampuku, lengah ssedikit habislah sudah. Dan yang kelima naik adalah Reza, dia pun berhasil. Dipuncak tebing itu aku lihat pemandangan yang indah, semilir angin membuat pikiran ini melayang, permasalahan hidup seolah telah terbang bersama angina itu. Suara adzan asyar terdengar sayup- sayup, burung-burung menari diangkasa. Awan hitam datang mendekat, awan itu segera memuntahkan air, kami mulai panic, kami langsung turun menerobos semak belukar demi keselamatan bersama. Badan kami basah kuyup, namun tak membuat kami menyesal, ini adalah pengalaman yang indah yang akan selalu terekam dalam ingatan dan akan direkam oleh alam, bahwa aku yang bernama Didi Suheri pernah menaklukan tebing Cipaga dengan ketinggian ± 35 m.
Selepas Climbing kami langsung ke rumah Irpan, rasa dingin mulai menggil, rasa lapar mulai memanggil, Irpan, Adin dan Jajang menyuguhi kami berlima dengan makan bersama, walau dengan menu sederhana dengan beralas daun pisang, setiap suapnya memberikan kenikmatan kami lahap memakannya. Pukul 15.10 kami berlima pulang ke rumah masing- masing dengan rasa bangga, indahnya kebersamaan tak akan pernah bisa ditukarkan dengan uang, jangan bilang kebersamaan jika kita tidak pernah bersama.

Karawang, 16 November 2014

Didi Suheri


Comments

Popular posts from this blog

Dealer Nusantara Surya Sakti Miliki 7 Cabang di Karawang

Foto: SENJA MERAH/DIDI SUHERI SENJAMERAH.COM , Dealer Nusantara Surya Sakti sebagai Dealer Resmi Honda yang berada di Jln Raya Syech Quro, Palumbonsari Karawang Timur, kini memiliki 7 cabang di Karawang Sebagai Delaer Resmi Honda yang memiliki Rating penjualan ketiga terbaik di Karawang, Dealer Nusantara Surya Sakti terus memperluas cabang di Karawang, pasalnya kini Dealer NSS ini memiliki 7 cabang yang terintegrasi langsung dengan NSS dengan memiliki tagline, tercepat, termudah dan terpercaya. "Tujuan kita membuka cabang ke daerah-daerah lain di Karawang Untuk mempermudah pembayaran dan  memperluas pasar, ada 7 cabang yang kita miliki saat ini yaitu Karawang barat, Telagasari, Klari, Cikampek, Jatisari, Purwasari dan Telukjambe," ujar Kepala Cabang Dealer Nusantara Surya Sakti, Arif Tri Wibawa. Ia juga menambahkan Nama-nama ke tujuh Dealer ini bukan NNS, tetapi Nusa Surya Cipta Dana (NSC) dan tersedia berbagai macam Motor Honda, di NSC sendiri hanya menyediakan pe

Dapat Bayak Dukungan, Apriyanti Resmi Mencalonkan Diri di Jawa Barat

Apriyanti Marwah SENJAMERAH.COM - Apriyanti yang merupakan kader PMII Karawang resmi mencalonkan diri jadi Ketua Korp PMII Putri (KOPRI) Jawa Barat. KONKORCAB (Konferensi Koordinator Cabang) yang merupakan momen dua tahuan PMII resmi akan di gelar di Kabupaten Garut pada tanggal 8-10 Desember 2017. Kali ini PC PMII Karawang mengusung kader terbaiknya mencalonkan diri jadi ketua KOPRI PKC PMII Jawa Barat, Apriyanti Marwah yang akan bersaing dengan calon yang di usung oleh PC PMII Cirebon. Keputusan PC PMII Karawang untuk mencalonkan Apriyanti sebagai ketua KOPRI PKC Jawabarat mendapat dukungan dari beberapa cabang di Jawa barat hal ini karena kualitas dan loyalitas Aprianti yang dianggap mampu memimpin KOPRI Jawabarat yang sempat pakum. Apriyanti menjelaskan alasan dirinya untuk mencalonkan diri menjadi Ketua KOPRI Jawa Barat ini karena panggilan hati untuk membangun KOPRI Jawa barat yang lebih progresif " Saya tentu memiliki alasan besar kenapa saya harus mencalonkan

ADAKAH POLITIK DIBALIK PEMUTARAN FILM G-30-S/PKI ?

Ace Umai Ismail Akhir-akhir ini terjadi banyak pandangan mengenai pemutaran kembali film G-30-S/PKI, yang berisikan tentang bagaimana bangsa ini di khianati. Banyak pandangan bahwa sudah seharusnya film ini memang harus di putar, mengingat sudah banyaknya kabar yang berhembus PKI akan bangkit kembali, Dan pencegahan PKI bangkit adalah dengan cara menayangkan film ini supaya masyarakat tau dan berhati-hati dengan kebangkitan PKI. Saya setuju dengan pemutaran kembali film tentang PKI dan di buat kembali, akan tetapi buat juga sejarah tentang pemberontakan yang lainnya, seperti DI/TII, PRRI, Permesta, PKI Madiun 1948, Bom bali, Bom thamrin dan Bom-bom lainnya yang pernah terjadi di Indonesia. Tetapi ini bukan hal yang baik juga ketika hanya film PKI saja yang di gulirkan padahal  banyak sejarah penghinatan yang lain juga yang memang patut kita kutuk dan Sehingga sejarah yang ada dapat di jadikan pelajaran bangsa ini. Di sini kadang yang menjadi tanda Tanya yang harus kita kaji b