Skip to main content

PENDIDIKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SIAPA?

Oleh: Umar Mukhtar

Indonesia, merupakan negara yang istimewa. Dikatakan istimewa karena di bumi Nusantara ini kekayaan alam melimpah ruah, di darat maupun di lautan. Bukan hanya itu, Indonesia juga merupakan bangsa yang kaya akan nilai-nilai karakter budayanya. Dari jumlah penduduk sebanyak 258 juta jiwa, tidak kurang 700 suku bangsa lahir di bumi pertiwi ini dengan adat istiadatnya masing-masing, ragam bahasa daerah yang begitu banyak, rumah adat, pakaian adat, makanan daerah, hingga seni yang multi-cultural senantiasa mewarnai kehidupan bermasyarakat. Hal terpenting yang membuat negara kita istimewa adalah persatuan diatas segala perbedaan. Ini tak lepas dari filosofi bangsa yang dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu, membangun rumah besar dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ibarat rumah pada umumnya yang didalamnya tinggal satu keluarga, untuk membuat keluarga tersebut kokoh dan tetap bersatu maka perlu harmonisasi dalam membangun keutuhan, kebahagiaan dan ketentraman bersama. Bukan hanya itu, sebuah keluarga juga perlu menjalin kekompakan dalam membangun serta menghias rumahnya agar menjadi surga bagi setiap penghuninya.

Sulit dibayangkan jika dalam satu keluarga didalamnya tidak ada kasih sayang, tidak mampu menerima perbedaan, mana mungkin akan tercipta keluarga yang harmonis. Apalagi ditambah kondisi rumah tanpa hiasan, tak terawat dan terbengkalai, mana mungkin ada penghuni yang betah tinggal dirumah seperti itu. Kiranya seperti itulah filosofi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sikap toleran dan saling menghargai, bergotong royong merawat NKRI sebagai rumah besar, merangkul seluruh warganya dari Sabang sampai Merauke sebagai bagian dari saudara sebangsa setanah air dengan menjaga kebinekaan sebagai karakter bangsa.

Dengan persatuan pastilah bangsa ini menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang disegani, bangsa yang mandiri dan mampu berdiri diatas kaki sendiri. Namun kenyataannya, hampir 72 tahun Indonesia memproklamirkan diri sebagai bangsa yang terbebas dari penjajahan tapi belum semua rakyat merasakan merdeka yang benar-benar merdeka. Kesejahteraan hanyalah milik segelintir kalangan elit, kesenjangan sosial semakin melebar seakan menciptakan jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin. Bagaimana bangsa ini mampu bersaing dengan negara lain jika urusan “rumah tangganya” sendiri masih menyisakan pekerjaan berat.

Mengapa terjadi demikian?
Padahal dikatakan diatas bahwa Sumber Daya Alam Indonesia sangat kaya melimpah ruah, budaya bangsa tak terhitung tiada bandingannya. Apa yang salah?

Yang kurang dari bangsa kita adalah pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia yang belum dilaksanakan secara optimal. Padahal sektor inilah yang akan menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Kekayaan alam Indonesia akan rusak sia-sia jika tidak dikelola oleh manusia yang berkualitas. Kearifan lokal Indonesia akan tergerus jika tidak dilestarikan oleh masyarakat yang berkapasitas. Terlebih di era globalisasi ini, asing mulai merambah dan menguasai kekayaan alam Indonesia, warga lokal lebih mencintai budaya asing daripada budaya bangsanya sendiri, sehingga berakibat pada lunturnya karakter kebangsaan yang selama ini menjadi keistimewaan bangsa Indonesia.

Melihat kenyataan tersebut, maka dipandang perlu bagi bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan pendidikan karakter seoptimal mungkin sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Dan yang terpenting dari pengembangan manusia adalah bagaimana pendidikan itu haruslah berbasis pada asas keadilan, yang artinya dilaksanakan secara menyeluruh dan merata sehingga dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Hal itu telah menjadi amanat konstitusi dan tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 yang mengatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” serta Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 5, bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.

Dengan diselenggarakannya pendidikan secara optimal maka Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat dengan masyarakatnya yang menjunjung tinggi karakter-karakter bangsa dan mampu membangun negara serta mencapai Indonesia emas seperti yang telah dicita-citakan oleh segenap rakyat.

Permasalahannya adalah, suksesi pendidikan karakter ini tanggung jawab siapa? Karena nyatanya pemerintah saja yang sejak dulu menangani sistem pendidikan masih dikatakan belum tuntas dalam hal suksesi pendidikan nasional. Tolok ukurnya sederhana, sampai saat ini belum semua anak bangsa dapat merasakan bangku sekolah yang nyaman, bahkan ada diantaranya yang sama sekali belum merasakan atmosfer sekolah. Lantas bagaimana bisa dikatakan cita-cita bangsa ini untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa (dalam Pembukaan UUD 1945) bisa dicapai? Memang ini bukanlah sepenuhnya kegagalan pemerintah, hanya saja pemerintah selaku pemangku kebijakan dan representatif dari masyarakat seyogyanya dapat menciptakan sistem yang mampu mengakomodir segala kebutuhan rakyatnya, terkhusus dalam hal pendidikan.

Disamping itu, perlu kiranya dalam hal suksesi pendidikan karakter ini masyarakat terlibat aktif serta ambil peran sebagai subjek dan objek pendidikan itu senduru. Ini jelas akan membantu pemerintah dalam upaya optimalisasi pendidikan melalui internalisasi nilai-nilai karakter bangsa. Jika masyarakat saja acuh dan menyerahkan seluruh proses pendidikan hanya kepada sekolah bagaimana karakter di lingkungan peserta didik akan terbentuk, dan tidak heran jika seringkali terjadi tawuran antar pelajar diluar lingkungan sekolah. Hal itu tidak terlepas dari kurangnya pengawasan masyarakat terhadap proses pendidikan yang berlangsung.

Padahal jelas, dalam teori pendidikan yang juga pernah dipertegas Ki Hajar Dewantara, bahwa lingkungan pendidikan itu ada tiga; (1) Lingkungan sekolah, (2) Lingkungan masyarakat, dan (3) Lingkungan keluarga. Ada keterkaitan antar seluruh elemen tersebut, berikut juga pemerintah didalamnya. Masyarakat dan keluarga tidak bisa sepenuhnya membebankan proses pendidikan hanya kepada sekolah, begitu pula pemerintah dan sekolah tidak bisa mengabaikan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan pendidikan. Maka disini perlu adanya sinergitas antar elemen, pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan pembuat sistem, sekolah sebagai perangkat pelaksana sistem pendidikan formal, masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan non-fornal dan tempat pengaplikasian kehidupan sosial, serta keluarga sebagai pelopor pendidikan secara informal.

Dengan terintegrasinya seluruh elemen tersebut sebagai penanggung jawab bersama, maka pendidikan karakter bangsa dapat dioptimalkan sehingga mampu mencetak generasi unggul yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003. Apabila telah tercapai tujuan pendidikan tersebut maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dan berkarakter dengan berpegang teguh pada budaya bangsa sebagai pusaka Nusantara meski berbeda-beda namun harus dijaga hingga akhir masa melalui Bhinneka Tunggal Ika.

Comments

Popular posts from this blog

Ketua DPRD Karawang Turut Rasakan Kemacetan di RPM

Foto: Asy SENJAMERAH.COM , Di Bukanya Resinda Park Mall (RPM) menambah pusat kemacetan baru di Karawang. Resinda Park Mall yang berada di jln Interchange Tol Karawang Barat telah resmi di buka oleh Wakil Bupati Karawang, H. Ahmad Zamaksyari pada Sabtu (25/3). Masyarakat Karawang yang konsumtif langsung menyerbu Resinda Park Mall, ada yang berbelanja, ada pula yang hanya sebatas melihat-lihat kemegahan yang di tawarkan RPM. Acara pembukaan RPM di penuhi dengan hiburan-hiburan menarik seperti tari Jaipong, Barongsai, dan ada penampilan spesial dari Geisha. Akibat membludaknya pengunjung dan di duga belum memiliki Amdal Lalin, kemacetan panjang terjadi di Jln Interchange depan RPM. "Adanya Resinda Park Mall ini jadi tambah macet aja Karawang, akses ke Tol Karawang Barat jadi semakin lama." ucap salah satu pengendara mobil, Rahmat (40 thn) "Dari Grand Taruma ke Pabrik Es hampir satu jam lebih, bayangkan kalau tiap hari seperti ini, sudah seperti di Jakarta saja. ...

FASILKOM UNSIKA Gelar Seminar Nasional dan Workshop Web Security

Foto: SENJA MERAH/DIDI SUHERI SENJAMERAH.COM , Maraknya Hecker yang terjadi baru-baru ini, Badan Eksekutif Mahasiswa FASILKOM UNSIKA menggelar Seminar Nasional dan Workshop Web Security dan Digital Forensik. Maraknya kasus Hecker membuat semua perusahaan resah, pengamanan dan pengetahuan tentang IT perlu di tingkatkan, hal ini melatarbelakangi BEM Fakultas Ilmu Komputer UNSIKA  menggelar acara Seminar dan Workshop Web Security dan Digital Forensik " Kasus baru-baru ini yang viral yaitu di Hack nya Telkomsel dan beberapa perusahaan lainnya, maka dari itu BEM FASILKOM UNSIKA menggelar acara ini, tujuannya untuk mengedukasi para Mahasiswa tentang web security dan Digital Forensik." Ucap Ketua BEM FASILKOM, Imam Najmudin Ia juga menambahkan bahwa Seminar Nasional dan Workshop ini di isi oleh narasumber yang sudah ahli di bidangnya, dua narasumber ini bernama Abrao Ximenez, dia ahli di bidang digital forensik dan Sulhaedir dia ahli di bidang Web Security. "Oleh Na...

Dibalik Telaga Desa

( Karya : Didi Suheri ) Seperti dalam mimpi Rimba di tengah gedung-gedung pencakar langit Hamparan taman hijau yang sejuk menyejukan Daun-daun kering berguguran Burung-burung kecil menyapaku Telaga desa menyambutku Di sebrang telaga itu Robot- robot sedang bekerja Bekerja untuk siapa ? Robot-robot itu sepertinya berkeringat Bola matanya bisa berkedip-kedip Mulutnya bisa mengunyah Pantatnya pun bisa kentut pula Oh Tuhan robot-robot itu adalah sebangsaku. Manusia yang di patri menjadi robot yang bernyawa Nyawa-nyawa yang siap lenyap demi rupiah.