Skip to main content

Posts

Nyanyian Rerumputan

Oleh : Didi Suheri Rerumputan Hijau bergoyang Nyanyikan Zikir Ilahi Bergemuruh dalam ketulian manusia Mensyukuri Hidup apa adanya Tak Ada satupun makhluk di Alam ini Yang tak Berzikir menyebut Nama-Nya Kecuali Iblis Dan manusia yang lalai Hiduplah Seperti rumput Meskipun terus di injak Ia terus bangkit berdiri Dan tak pernah Marah Ia terus saja Berzikir menyebut nama-Nya Sekalipun ia berbakti kepada-Nya Bukan berarti bebas dari ujian Tumbuh menjadi Hijau Subur Dan Indah Mendatangkan banyak predator Yang Kapan saja siap memangsa. Karawang, 30 November 2016

Opera Kekuasaan

Oleh: Didi Suheri Bertarung Demi Sebuah Harga diri Ego golongan semakin dikedepankan Melupakan Nilai persahabatan Bangku hantam untuk menjadi yang terbaik Kekuasaan yang Harusnya suci Berubah menjadi permusuhan Api kebencian terus di pupuk Melupakan kemanusiaan Kemanusiaan yang Harusnya Di pupuk dalam kekuasaan Terlantar Seperti anak tiri yang kesakitan Bulsitkah membicarakan kemanusiaan Dalam petarungan yang memabukan Keserakahan adalah dalangnya Kebodohan adalah penyebabnya Kemunafikan adalah buah dari hasil Pendidikan yang di berikan. Terus peralat kebenaran Hingga kebenaran tak lagi menjadi Sebuah kebenaran Terus propaganda kebohongan Hingga kebohongan tak lagi menjadi Sebuah kebohongan. 25 Desember 2016

Rindu

Oleh : Didi Suheri Ketika Buih Ombak Merindukan Pantai Ketika Rembulan Merindukan Malam Tak Satu pun dari Mereka yang Mengingkari Itulah Rindu Seorang Kekasih Dermaga Kesepian di dalam Tenangnya Air Menanti Sampan Rindu Menjenguknya Wahai Angin, Bawalah Sampan Rindu Itu Mendekat Aku Menantinya di Sebrang Dermaga 9 September 2016

Jalanan Adalah Kampus Kita

Oleh : Didi Suheri Aku rindukan rumahku yang dulu Dari Rumah Itu Aku Banyak Belajar Bunderan Jalan Menjadi Teman Bermain Kita Selongsong Putih di Bahu Menjadi Senjata Coretan di Lembaran Kertas Adalah Tempat Ide Berkumpul Spanduk dengan Coretan Pilok Sebagai Tameng Kita Puisi dan Teatrikal Sebagai Bentuk dari Perlawanan Lagu Perjuangan Sebagai Pembakar Jiwa yang Beku Jalanan adalah Kampus Kita Rakyat Tertindas Adalah Dosen Kita Pendidikan Perlawanan adalah Mata Kuliah Kita Petani, Nelayan, Buruh, Kaum Miskin Kota, aalah Sahabat Kita Cinta adalah Agama Kita Keadilan adalah Tujuan Kita Siapakah Kita ? Kita Bukan Pejabat, Negarawan, Pahlawan Pembisnis, Akademisi, atau yang Lainnya Kita Hanyalah Se'onggok Daging yang Terlahir dari Penderitaan Rakyat 1 Oktober 2016

Pendidikan Perlawanan

Foto: SENJA MERAH/DIDI SUHERI oleh : Didi Suheri Gelombang Neolib Menerjang Bagaikan Badai Menggulung Daratan Nalar Kritis Mahasiswa Tertampar Oleh Hegemoni Penguasa Kata Revolusi Kini Menggantung di Langit Sebab Mahasiswa Enggan Bergerak Ketika Pendidikan Yang Memaksa Mahasiswa Bungkam Maka Pendidikan Seperti Apa Untuk Melawannya Ketika Pendidikan Menjadi Alat Untuk Menindas Yang Lain Maka Pendidikan Seperti Apa untuk Melawannya Kalau Bukan Pendidikan Perlawanan ! Parlemen Jalanan Mulai Mengabur Mahasiswanya Terus di Jejali Tugas Kuliah Melupakan Tentang Pengabdian Kepada Rakyat Kalau Saja Pendidikan Membuat Nurani Tumpul Lebih Baik Bubarkan atau Tidak Kuliah Sama Sekali

Nyayian Bisu

Oleh: Didi Suheri Tertatih merintih jerit kami dalam kesengsaraan Bangsat laknat kau cumbui kami dengan racun Setan Iblis terkelabuhi oleh tipu muslihatmu Menari- nari diatas pusar para pelacur Bergoyang memejamkan mata menikmati darah rakyat jelata Kau tenggak penderitaan rakyat jelata bagaikan arak Tertawa terbahak kehilangan akal naluri. Kota kami mati terkena virus kerakusan para penguasa Meninggalkan sampah-sampah berbau dolar Seekor anjing pun enggan menciumnya Kecuali anjing –anjing berdasi. Sakit jiwa korupsi menggila Tak ada rasa dosa bagi para pendosa Cengengesan bagai kuda terpanggang matahari Pengangguran bagai daki selimuti megahnya pembangunan Petani terjerat oleh rantai belenggu kekuasaan Menjerit memecahkan labirin kehidupan. Inilah nyanyian bisu.

Cermin Hati

Foto: ISTIMEWA Oleh: Didi Suheri Kita manusia yang hina Penuh dosa lahir dan batin Akan kemanakah jiwa ini pulang Kalau bukan kepada Mu Debu jalanan telah menutupi rumah-Mu Hingga Engkau enggan menghampiri Berkacalah pada diri Ada bayangan Tuhan dalam cermin hati Dosa-dosa yang telah berkarat Menutupi bayang Nya Basuhlah dengan dzikir Menyebut nama Nya Saat mata ini terpejamkan maut Nyawa ini keluar dari jasadnya Mulut telah terkunci tak bisa bicara Hatilah yang harus bicara menyebut nama Nya Agar kita selamat