Skip to main content

Posts

Gerakan Bahagia sambangi anak Pinggiran Citarum

Minggu (19/3/17) di Desa Bantar Jaya Pebayuran, Gerakan Bahagia bersama 6 relawan pengajar bahagia dari ITB berkolaborasi dengan masyarakat desa setempat dan kelompok pengajian Al-Muwaqif untuk menularkan kebahagiaan dengan dua program yaitu program mengajar Matematika, bahasa Inggris, IPTEK (SAINS) dan program menulis buku diary sebagai stimulasi budaya menulis dan mengenal privasi ketimbang curhat di media sosial. Meskipun seluruh penyelenggaraan masih bersifat dana pribadi tapi bukan halangan besar. Gerakan Bahagia adalah suatu gerakan berbagi semangat belajar dan pengalaman. Digawangi oleh dua orang sahabat yaitu Salsabila dan Zami, sampai akhirnya kehadiran Seorang Debby Awalia begitu mendukung semangat mereka. Ketiga pemuda ini mengawali segala gagasan dari kemauan hingga berlanjut hari ini dengan program-program yang menstimulasi anak-anak mau belajar dan mau menulis. Tidak boleh sampai terlewatkan peran  M. Burhanudin selaku penasehat gerakan ini sangat penting, beliau pun

Dugaan ada Modus Baru Penambangan

SENJAMERAH.COM , Kecamatan Pangkalan kini rencananya akan di bangun Pangkalan Park Karawang atau zona Pariwisata oleh PT Indorenus Megah Persada Kasus penambangan di derah karawang selatan menjadi buah bibir masyarakat, LSM, Aktivis Lingkungan dan pemerintah. Setelah Izin penambangan salah satu PT di tolak, kini ada satu PT yang ingin mengembangkan potensi pariwisata di pangkalan hal ini tentu dilatar belakangi oleh visi misi pemerintah daerah karawang dalam mengembangkan pariwisata dan menggerakan sendi-sendi perekonomian dengan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, selain itu himbauan Bupati Karawang yang menetapkan kawasan pangkalan selatan dibuat menjadi area wisata, karena banyak terdapat gua alam berusia jutaan tahun. Rencananya area wisata akan didesain sedemikian rupa, menjadi salah satu area lengkap, convention, golf dan resor, culinary dan art/seni budaya serta kerajinan (craft) dari karawang. Para Aktivis lingkungan khawatir, ini modus baru yang akan di

Distro Heuras Genggerong Konsisten Angkat Kebudayaan Lokal

SENJA MERAH/DIDI SUHERI SENJAMERAH.COM , Distro Heuras Genggerong yang terletak di Jln. Syeikh Quro No 22 Karawang timur konsisten menampilkan kebudayaan lokal karawang. Karawang adalah kabupaten yang memiliki 1001 cerita, dari mulai di juluki kota tua, sejarah, lumbung padi bahkan industri. Dewasa ini kebudayaan lokal karawang mulai tergerus oleh modernisasi, bahkan saat ini karawang telah kehilangan jati diri nya. Budaya merupakan identitas yang harus tetap di jaga, Distro Heuras Genggerong konsisten mengangkat Lokal Wisdom Kota karawang dari sejak Berdiri pada November 2013 silam. " saya itu orang yang suka traveling, melihat di daerah-daerah yang pernah saya kunjungi mereka itu memiliki oleh-oleh daerah nya masing-masing, pas saya ke karawang, ko karawang ini ga memiliki oleh-oleh yang bisa di jual. Disitulah kemudian saya terinspirasi untuk membuat oleh-oleh seperti T-Shirt yang gambarnya menceritakan karawang dari segi kebudayaan, sejarah ataupun pendidikannya."

Suara dari Bawah Tanah

Sumber foto:  pegipegi Oleh : Didi Suheri Sampai kapan keindahan ini bertahan Industrialisasi dan bisnis properti menjamur Sungai-sungai kini tercampuri limbah beracun Rakyat di pinggiran terjerat uang rente Pemuda pribumi susah mencari kerja Magnet industrialisasi terus menggelora Masyarakat urban menjamur dan so berkuasa Para Ibu di desa memilih jadi TKW Di negeri orang mereka di perkosa, dianiyaya bahkan dipancung Sementara para suami menikah lagi dengan janda muda Sang anak terlantar dipaksa bertahan hidup Ditengah deras arus kehidupan Video senonoh dengan mudah beredar Para siswa sekolah menengah menjadi buas Tawuran bahkan membunuh Gadis belum ber KTP dicabuli oleh belasan siswa Kesuciannya telah dirampas Nyawanya pun di tumpas sampai tak bernafas Pejabat pemerintah sibuk politik pencitraan Para penjilat sibuk mengelus-elus pantat pejabat Berharap dapat proyek pemerintah Pejabat pemerintah kerap bercumbu dengan kontraktor Kontraktor dapat proyek Peja

Media Tirani

Oleh : Didi Suheri Era saat ini dimana manusia telah terbuai oleh akumulasi kapital Halal haram tak lagi jadi pertimbangan semua sama, disikat miring oleh nafsu serakah Media sebagai pilar demokrasi tak lagi memiliki kelamin jika kau bertanya apa kelamin media itu ? jawabannya Idealisme. . Idealisme. . . Idealisme ! Media pada jaman kolonialisme sampai orde baru Menjadi alat propaganda untuk memperjuangkan rakyat jelata Kini, wajah Idelaisme Media tertutup lumpur kotor hitam legam berbau anus para kapiatalis Globalisasi mendorong ini harus terjadi Uang, uang dan uang empat huruf yang sakral Itu bagi mereka yang rakus akan kesenangan duniawi Uang seolah telah menajadi Tuhan ke dua lihat saja, media yang harusnya menajdi alat perjuangan kini berpindah menjadi bisnis. Penderitaan rakyat, kebejatan Penguasa mampu tertutupi oleh politik pencitraan Inilah akibat Media berselingkuh dengan Penguasa Yang salah menjadi benar, yang benar disalahkan yang hitam menjad

Bumi Langit

Oleh : Didi Suheri Kau seperti angin dikala kegerahan terjadi. Kau seperti api dikala dingin menghantam Kau seperti air dikala dahaga menghampiri Kau adalah langit dan aku aku adalah bumi Yang dibatasi oleh angkasa Bumi dan langit tak pernah menyalahkan keadaan Dari jarak yang membentang itu mereka belajar Belajar untuk menerima takdir. Namun keduanya tetap saling melengkapi Kau adalah matahari Menerangi relung hati dari kegelapan Tetaplah menjadi langit Tanpa langit bumi tak akan pernah ada.

Tak Berarti

Oleh : Didi Suheri Saat hadirku menjadi ancaman Saat hadirku menjadi penghalang Saat hadirku membuatmu terganggu Disitulah aku tahu Bahwa aku hanya butiran pasir dihamparan gurun Jika kau menganggap aku hanyalah angin lalu Disitulah semuanya akan berlalu tanpa sepatah kata pun yang terucap Tak ada lagi alasan yang bisa terucap Karena semua telah membisu Dinding, kursi, dan semua cerita  Bungkam oleh kenyataan Akan kembali aku kayuh sampan ini yang sempat terhenti di tepi dermaga karena tepi dermaga itu tak ramah lagi